Kopi talua berasal dari kata kopi dan talua (bahasa Minang untuk “telur”). Minuman ini udah eksis sejak zaman kolonial dan biasa disajikan di warung-warung kopi tradisional di ranah Minang, terutama di daerah Padang.
Dulu, kopi talua sering dikonsumsi oleh para pria sebagai minuman penyambut pagi atau teman diskusi di lapau (kedai kopi). Selain jadi teman ngobrol, minuman ini juga punya nilai simbolis: kekuatan, kehangatan, dan solidaritas antar warga.
Teknik ini meghasilkan lapisan buih tebal di permukaan minuman, hampir mirip seperti foam dalam cappuccino, tapi ini hasil alami dari kuning telur!
Yang bikin kopi talua beda adalah teksturnya yang creamy dan lembut, tapi tetap punya karakter kopi yg kuat. Rasa manis dari gula berpadu pas dengan kekentalan telur, menciptakan sensasi yang nggak biasa tapi nagih!
Kalau kamu pikir ini bakal amis karena pakai telur, tenang aja; kalau dibuat dengan teknik yang benar, justru rasa dan aromanya enak banget dan bebas dari bau amis.
Kalau kamu penasaran bikin sendiri di rumah, tapi gak sempat ke pasar buat cari kopi tubruk atau telur kampung, tenang karena kamu tetap bisa bikin versi modernnya pakai kopi instan berkualitas seperti NESCAFÉ® Gold. Kenapa NESCAFÉ® Gold? Karena NESCAFÉ® Gold punya aroma yang kaya dan rasa yang halus, hasil dari perpaduan kopi murni yg dipanggang dengan hati-hati.
Resepnya mirip dengan cara tradisional, yakni kocok telur dan gula dulu, lalu tambahkan kopi panas secara perlahan sambil diaduk rata. Kamu udah punya kopi talua versi modern yang tetap otentik dan nikmat.
Minum kopi talua bukan cuma soal rasa, tapi juga soal pengalaman dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Di balik setiap tegukannya, ada cerita tentang kearifan lokal, kehangatan sosial, dan kecintaan pada tradisi.
Makanya, meskipun sekarang kamu bisa bikin sendiri pakai NESCAFÉ® Gold, jangan lupa juga hargai cerita yang menyertai tiap cangkirnya.