Kopi pertama kali masuk ke Amerika pada 1733, dan sejak Pesta Boston tahun 1773, kopi mulai menggantikan teh sebagai minuman favorit para kolonis. Popularitasnya melonjak saat Perang Saudara, menarik perhatian para pebisnis seperti Arbuckle bersaudara dan James Folger. Merek besar seperti Maxwell House pun ikut meramaikan pasar. Kini, budaya kopi Amerika terus berkembang lewat kedai-kedai lokal yang menyajikan kopi sebagai karya seni, dari biji pilihan hingga teknik seduh yang khas.
Budaya kopi Amerika identik dengan kecepatan dan kuantitas, berbeda dengan budaya kopi Italia yang lebih santai. Rata-rata orang Amerika minum tiga cangkir kopi per hari. Tren kerja jarak jauh mengubah kafe jadi ruang kerja efisien dengan internet cepat dan kopi siap saji. Banyak yang menghabiskan waktu berjam-jam di sana untuk bekerja atau rapat. Tidak seperti kafe di negara lain yang ramai obrolan, kafe Amerika cenderung lebih tenang dan fokus.
Kopi Amerika umumnya dibuat dari biji Arabika sangrai medium, meski sangrai gelap sering dipakai untuk es kopi. Banyak yang menyukai kopi hitam atau hanya dengan krim, sementara lainnya menambahkan susu, gula, atau sirup seperti karamel dan moka. Meski sering dianggap encer, kopi Amerika lebih dipengaruhi oleh metode seduh, bukan rasio air. Stereotip ini muncul saat tentara AS di Italia pada Perang Dunia II menambahkan air ke espresso lokal yang dianggap terlalu kuat.
Metode seduh tetes (drip brew) adalah cara paling umum di Amerika, cocok untuk kopi sangrai medium. Mesin drip banyak ditemukan di rumah dan kafe. Kopi telah menjadi bagian penting budaya Amerika, dengan jutaan orang meminumnya setiap hari. Yang paling penting bukan di mana kopi dibuat, tapi bagaimana cara menyeduhnya. Tertarik menjadikan Amerika sebagai destinasi berikutnya? Yuk, jelajahi budaya kopi khas New Orleans!
Temukan artikel-artikel paling disukai dari seluruh situs.